Sulaiman bin Abdul Aziz Al Rajhi yang juga pendiri Al-Rajihi Bank rela miskin asal bisa bersedekah. Dalam sebuah wawancara, Sulaiman bin Abdul Aziz Al Rajhi mengungkapkan bahwa dia tidak asing dengan kemiskinan, karena tidak punya uang pada dua kesempatan terpisah dalam hidupnya.
“Saya mencapai angka nol dua kali dalam hidup saya, tapi kali ini kedatangan saya adalah atas kemauan saya sendiri”, demikian kata Al-Rajihi dalam sebuah wawancara.
Dengan kata-kata tersebut, miliarder Saudi menginfakkan seluruh kekayaannya untuk tujuan amal, dan menulis dalam surat wasiatnya bahwa dia tidak ingin diadakan acara pengingat untuknya setelah kematiannya, dan biayanya harus disumbangkan untuk amal sosial.
Al-Rajhi yang memulai hidupnya dari nol, atau media menggambarkannya sebagai anak miskin, bekerja di beberapa bidang hingga menjadi salah satu orang terkaya di Arab Saudi, kemudian mendirikan Bank Al-Rajhi yang tersebar di seluruh penjuru dunia untuk mengabadikan nama keluarganya dari awal hingga naik ke puncak.
Sulaiman Abdul Aziz Al-Rajhi lahir di wilayah Al-Bukayriyah di Arab Saudi pada tanggal 30 November 1928 dari keluarga miskin yang hidup dalam kondisi kehidupan yang sulit. Dia adalah anak ketiga dari empat saudara laki-lakinya. Ayah dan dua saudara laki-lakinya pindah ke Riyadh untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, setelah itu seluruh keluarganya pindah dan bergabung dengan ayahnya.
Sulaiman bersekolah di sana, namun lama kelamaan ia memilih bekerja. Dia bekerja di pasar sebagai kuli angkut dan penjaga beberapa barang pedagang. Dia bekerja di bidang konstruksi dan berbagai profesi sehingga ia mendapatkan pengalaman di pasar.
Pada tahun 1943, dia memutuskan untuk membuka toko kecil di Riyadh, seperti toko kelontong kecil, membawa beberapa barang dari Bahrain agar dikenal di wilayahnya.
Pada tahun 1945, ia menjual tokonya untuk membiayai pernikahannya. Setelah itu, dia mulai bekerja bersama saudaranya Saleh di Jeddah, tempat kedua bersaudara itu bekerja di bidang penukaran uang. Dalam waktu 10 tahun, Sulaiman mencapai kesuksesan besar, karena keikhlasan dan kejujurannya yang besar.
Selama periode tersebut, dia merasa tidak puas dengan pekerjaannya sebagai penukar uang, karena itu dia berjualan beberapa komoditas lain, terutama kain, untuk membangun modal yang baik dengan saudaranya.
Pada akhir tahun 1956, kedua bersaudara tersebut sepakat untuk membeli sebuah toko baru yang akan menjadi awal mula kesuksesan mereka di bidang penukaran uang. Bidang usahanya meluas ke sektor lain seperti konstruksi dan real estate.
Pada waktu bersamaan, pasar pertukaran berkembang, dia membuka beberapa cabang di seluruh Kerajaan. Namun, kemitraan mereka berakhir pada tahun 1971. Dan di sinilah Al-Rajhi mulai beranjak ke puncak.
Setahun setelah kemitraan dibubarkan, Al-Rajhi mendirikan perusahaannya sendiri, yang bernama Sulaiman Abdul Aziz Al-Rajhi, dan bergerak di bidang pertukaran dan real estate.
Dalam beberapa tahun, dia mencapai kesuksesan besar karena ketenarannya di Kerajaan dan reputasinya yang baik.
Dan pada tahun 1978 dia kembali bermitra dengan saudara-saudaranya, untuk mendirikan Perusahaan Pertukaran dan Perdagangan Al Rajhi, yang dengan cepat menyebar ke seluruh Kerajaan, hingga membuka cabang di seluruh dunia.
Setelah beberapa tahun berlalu, Al-Rajhi menyadari betapa besarnya keinginan akan sebuah bank syariah yang transaksinya sesuai dengan syariah Islam. Maka dia mengajukan ide tersebut kepada saudara-saudaranya, di mana “Bank Al-Rajhi” dibuka pada tahun 1987 dan berdirinya bank tersebut.
Kegiatan bisnisnya berkembang pesat, cabang dibuka di seluruh wilayah Kerajaan, kemudian berkembang secara eksternal ke beberapa negara, terutama Kuwait dan Yordania.
Menyusul keberhasilan bank tersebut, Sulaiman melirik sektor industri makanan, meluncurkan sejumlah proyek dan mendirikan sejumlah pabrik yang berperan besar dalam perekonomian Saudi.
Dia mentutaskan proyeknya dengan meluncurkan yayasan amal bernama “Yayasan Amal Sulaiman bin Abdulaziz Al Rajhi” pada tahun 2001, yang aktif di beberapa bidang, termasuk memberikan hibah dan bantuan dan mendukung lembaga amal di segala bidang.
Al Rajhi mengumumkan pembagian kekayaannya sekitar 7 miliar dolar kepada anak-anaknya dan Yayasan amalnya. Dia menulis dalam surat wasiatnya bahwa tidak ada acara pengingat yang diadakan untuknya dan biayanya akan disalurkan kepada organisasi amal.
Al-Rajhi bukan lagi salah satu orang kaya di Arab Saudi, tetapi dia mendapatkan rasa hormat dari dunia karena asketismenya dalam hidup dan kebangkitannya dari nol hingga puncak.
Orang terkaya ketiga di dunia Arab, menurut Forbes, sebelum menyerahkan kekayaannya, tetap menjaga kerendahan hati dan kecintaannya pada pekerjaan.
Meski usianya sudah lanjut, dia mengikuti pekerjaannya dengan penuh semangat, memantau semuanya sendiri, dan berharap dalam seminggu, memiliki 9 hari untuk dihabiskan di tempat kerja.
Dia adalah orang pertama yang datang ke tempat kerjanya dan orang terakhir yang meninggalkannya. Dia yang biasa mengenakan tsaub putih ketika dia berusia lebih dari 30 tahun, untuk selalu mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia miskin, agar tidak melupakan masa lalu dan permulaannya.
Salah satu proyek amalnya yang paling menonjol adalah ia menanam gandum di lahan seluas 8.000 hektar di Sudan utara, yang merupakan proyek terbesar di Afrika, demi mengabdikan keuntungannya kepada Alla Azza wa Jalla.
Proyek ini menyediakan 40% kebutuhan gandum di Sudan dan menjualnya ke pabrik penggilingan dengan harga rendah $70 per ton (walaupun harganya di pasar internasional pada saat itu lebih dari $340 + biaya pengiriman). Semua ini sebagai imbalan bagi pemerintah untuk menjualnya kepada masyarakat umum dengan harga murah.
Adapun uang yang diterimanya, dia bayarkan untuk gaji kepada ribuan pekerja di proyek, pemeliharaan, dan pembelian peralatan baru untuk memperluas proyek. Namun rezim yang berkuasa di Sudan pada saat itu, setelah Al-Rajhi menolak membayar untuk menyuap mereka, menyulitkannya dan mengenakan pajak yang besar meskipun itu adalah proyek amal.
Yayasan amalnya juga membangun beberapa proyek di Afrika dan Asia, menggali ribuan sumur di sana, membangun sekolah, rumah sakit, kompleks perumahan, dan membangun jalan. Da dianggap sebagai salah satu kontributor terbesar kegiatan amal di benua Afrika. World Records mencatat Al-Rajhi Farm sebagai pendonor amal terbesar di dunia, yang mengelolah pohon kurma sebanyak 200 ribu pohon